Dedi Mulyadi adalah salah satu nama yang tak asing di dunia politik Jawa Barat. Ia dikenal sebagai sosok yang vokal, berani, dan sangat mencintai budaya Sunda.
Dari latar belakang sederhana hingga menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat, perjalanannya penuh dengan lika-liku yang inspiratif.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas profil Dedi Mulyadi, mulai dari masa kecil, karier politik, kontroversi, hingga kontribusinya bagi masyarakat dan budaya Sunda.
Masa Kecil dan Latar Belakang Pendidikan
Dedi Mulyadi lahir pada 25 Februari 1971 di Desa Cipaisan, Purwakarta, Jawa Barat. Ia tumbuh di lingkungan pedesaan yang kental dengan nilai-nilai tradisional Sunda.
Ayahnya, H. Mulyadi, adalah seorang guru, sedangkan ibunya, Hj. Euis Komariah, aktif dalam kegiatan sosial.
Sejak kecil, Dedi sudah menunjukkan ketertarikan pada seni dan budaya Sunda. Ia sering mengikuti pertunjukan wayang golek dan belajar memainkan alat musik tradisional.
Pendidikan dasarnya ia tempuh di Purwakarta sebelum melanjutkan ke SMA Negeri 1 Purwakarta.
Setelah lulus SMA, Dedi Mulyadi melanjutkan pendidikannya di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, mengambil jurusan Ilmu Administrasi Negara.
Di kampus, ia aktif dalam organisasi mahasiswa dan mulai menunjukkan bakat kepemimpinannya.
Awal Karier Politik: Dari Birokrat ke Politisi
Dedi Mulyadi memulai karier sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Ia dikenal sebagai birokrat yang disiplin dan dekat dengan rakyat.
Pengalamannya di birokrasi membantunya memahami seluk-beluk pemerintahan.
Pada 2008, ia memutuskan terjun ke dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai Bupati Purwakarta. Dengan dukungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), ia berhasil memenangkan pemilihan dan dilantik sebagai Bupati Purwakarta periode 2008-2013.
Kebijakan Kontroversial sebagai Bupati Purwakarta
Selama menjabat sebagai Bupati, Dedi Mulyadi menerapkan beberapa kebijakan unik yang menuai pro dan kontra, di antaranya:
-
Aturan Seragam Batik dan Kebaya untuk Pelajar
Dedi mewajibkan siswa SD hingga SMA di Purwakarta mengenakan batik dan kebaya sebagai bentuk pelestarian budaya. -
Larangan Penggunaan Motor bagi Pelajar
Ia melarang siswa sekolah mengendarai motor untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas. -
Pembangunan Taman-Taman Bernuansa Sunda
Purwakarta dipenuhi dengan taman-taman yang mengusung tema budaya Sunda, seperti Taman Sri Baduga dan Taman Pesanggrahan Pajajaran.
Meski banyak dipuji, kebijakannya juga dikritik karena dianggap terlalu memaksakan nilai tradisional di era modern.
Gubernur Jawa Barat 2025-2029 yang Tak Lupakan Budaya
Dedi Mulyadi resmi dilantik sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2025-2029 setelah memenangkan Pilgub Jabar 2024 dengan gemilang.
Sosok yang dikenal vokal dan dekat dengan budaya Sunda ini kini memegang tampuk kepemimpinan di provinsi dengan penduduk terbesar di Indonesia.
Fakta Menarik
-
Hobi main angklung sejak kecil
-
Kolektor 200+ wayang golek antik
-
Rutin menggelar pengajian bulanan
Kata Mereka tentang Dedi Mulyadi
“Beliau pemimpin yang tidak pernah malu dengan identitas Sunda”
– Asep Saefudin (Budayawan)
“Gaya kepemimpinannya langsung ke pokok masalah”
– Prof. Nina Armando (Pengamat Politik UNPAD)
Kontroversi Seputar Dedi Mulyadi
Sebagai tokoh publik, Dedi Mulyadi tak lepas dari kontroversi, seperti:
-
Pernyataan kontroversial tentang isu-isu sosial dan politik yang sering menjadi perbincangan.
-
Konflik internal dengan Ridwan Kamil saat menjabat Wagub Jabar, meski keduanya kerap membantahnya.
-
Kritik terhadap pemerintah pusat yang dianggap lamban menangani masalah daerah.
Namun, di balik kontroversi, banyak yang mengapresiasi keberpihakannya pada rakyat kecil.
Dedi Mulyadi dan Pelestarian Budaya Sunda
Salah satu hal yang paling menonjol dari Dedi Mulyadi adalah kecintaannya pada budaya Sunda. Ia aktif mempromosikan:
-
Seni tradisional (wayang golek, angklung, jaipong)
-
Bahasa Sunda melalui program “Mulok Basa Sunda” di sekolah
-
Festival budaya seperti Pasanggiri Jaipong dan Lomba Maca Sajak Sunda
Ia percaya bahwa modernisasi tidak harus menghilangkan identitas budaya.
Kesimpulan: Mengapa Dedi Mulyadi Layak Diperhatikan?
Dedi Mulyadi adalah sosok politisi yang berbeda. Ia tidak hanya fokus pada kekuasaan, tetapi juga pada pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat kecil.
Meski sering kontroversial, ketegasan dan konsistensinya patut diacungi jempol.
Bagi masyarakat Jawa Barat, ia adalah simbol “politik yang humanis dan berbudaya”. Apakah ia akan kembali maju dalam kontestasi politik? Kita tunggu saja!
Bagaimana pendapat Anda tentang Dedi Mulyadi?
Yuk, share di kolom komentar!